Tuesday, November 30, 2010

MENGAPA TIMNAS SELALU KALAH SETIAP BERTANDING?

Rangkaian prestasi buruk Timnas dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, sedikit banyak membuat masyarakat apatis dan tidak lagi peduli dengan apapun yang dicapai Timnas. Kekalahan Timnas menjadi hal yang biasa, bahkan saking terbiasanya masyarakat dengan kekalahan Timnas; mereka mengidentikkannya dengan kekalahan dan kegagalan. Sesekali Timnas meraih kemenangan, seakan menjadi hal yang luar biasa dan seolah tidak mungkin. Ironis.

Seandainya Hendri Mulyadi tidak meramaikan masa injury time - pertandingan Timnas melawan Oman, 6 januari yang lalu; sepertinya kekalahan Timnas lagi-lagi akan diterima sebagai kewajaran. Namun, seperti yang kita saksikan bersama; Henry Mulyadi seakan menjadi Pemicu munculnya ledakan kekecewaan masyarakat yang sekian lama terpendam.

Reaksi Masyarakat bagi Perubahan

Pasca kekalahan Timnas tersebut, seruan mundur ke Ketua Umum PSSI dan Pengurusnya mengalir deras di berbagai Media Cetak-Elektronik hingga Online. Dalam pandangan masyarakat, merekalah biang kegagalan dari berbagai prestasi buruk Timnas. Persoalannya, apakah benar kemerosotan Prestasi Timnas semata karena Kinerja Pengurus yang buruk? Adakah jaminan bahwa pergantian Pengurus PSSI mampu membawa Timnas berjaya dengan segera?

Walaupun terus digoyang, ibarat anjing menggonggong khafilah berlalu; Pengurus PSSI terus berjalan tanpa peduli karena merasa tidak bersalah. Bila masyarakat merongrong Pengurus sebagai biang kegagalan, sebaliknya Pengurus menuduh pemain-lah yang tidak becus dalam bermain. Begitulah silang pendapat ini terus berkembang.

Terhadap kecaman dan tuntutan masyarakat tersebut, bilamana sasarannya adalah Prestasi Timnas dengan segera (karena sudah hampir 20 tahun sepi prestasi), mengganti Ketua Umum jelas bukan Solusi. Terkecuali bila tuntutan itu karena Kompetisi yang parah, mungkin ada relevansinya.

Demi tujuan Prestasi Timnas, pada sisi ini saya tidak mempermasalahkan Sikap Ketua Umum dan Pengurusnya yang terus bertahan; karena memang Akar Kegagalan Timnas bukan di faktor itu.

Harapan dibalik Kongres Tahunan PSSI 2010 di Bandung

Ketika PSSI menggelar Kongres Tahunan 15-17 Januari 2010 di Bandung, Publik sepakbola menaruh harapan besar agar Kongres ini melahirkan Solusi jitu guna mengakhiri Prestasi buram Timnas.

Sayangnya, Kongres tersebut justru lebih fokus pada pembinaan usia dini yang juga berarti masyarakat jangan menuntut Prestasi dan Piala dahulu.

Demi tujuan Prestasi Timnas; pada sisi ini saya tidak sependapat dengan Hasil Kongres karena tidak menjawab harapan dan keinginan Publik untuk segera berprestasi. Seharusnya PSSI lebih Fokus pada Pencapaian Prestasi demi meraih kembali simpati masyarakat yang tengah ambruk.

Adapun Masalah Pembinaan pemain, cukup diserahkan ke Klub masing-masing yang memang menjalankan Sistem itu secara otomatis sebagai tuntutan Kompetisi. Belajar dari banyaknya Pelatnas berbagai usia semenjak dahulu yang juga seret prestasi; rencana ini sulit diharapkan untuk lahirnya Timnas Merah Putih masa depan.

Dengan usia yang 80 tahun, rasanya bukan lagi waktu yang tepat bagi PSSI untuk kembali memikirkan masalah pembinaan. Bila hanya melulu urusan pembinaan, kapan kita berpikir untuk berprestasi dan menjadi Juara?

Ulasan panjang lebar diatas, sengaja dipaparkan sebagai pembuka untuk menunjukkan bahwa:
  1. Tuntutan mundur ke Ketua Umum PSSI bukanlah Solusi Tepat karena hal itu tidak menjawab Akar Kegagalan Timnas yang sebenarnya.
  2. Hasil Kongres Tahunan PSSI 2010 di Bandung yang menekankan pembinaan usia dini, juga tidak menjawab Akar Kegagalan Timnas karena Kekalahan dan kegagalan Timnas selama ini tidak ada hubungannya dengan pembinaan yang salah.

No comments:

Post a Comment